BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anemia adalah suatu keadaan dimana
kadar Hb darah kurang dari normal ( I dewa nyoman supariasa, dkk: 132 ) .
Anemia adalah suatu keadaan dimana
kadar Hb lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan
( WHO 1992 ) .
Anemia yang tidak mendapat penanganan
dan pengobatan yang serius dapat menimbulkan komplikasi lanjut seperti leukemia
, gagal ginjal , gagal jantung , infeksi yang akan menyebabkan kematian .
Oleh karena itu perawat sebagai bagian
dari sistenm pelayanan kesehatan mempunyai peran yang penting dalam memberikan
pelayanan keperawatan sehingga berkontribusi untuk meminimalkan kemungkinan
terjadinya komplikasi.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan
keperawatan anemia.
2. Tujuan khusus
a. Mampu memahami dan mengidentifikasi
dari anemia.
b. Mampu melakukan pengkajian pada
klien anemia.
c. Mampu merumuskan diagnosa pada klien
anemia.
d. Mampu menyusun
rencana keperawatan pada klien anemia .
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Konsep dasar
1. Definisi
Anemia
adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar HB atau hematokrit
dibawah normal ( Suddarth dan Brunner . 2002 : 935 ).
Anemia
adalah penurunan jumlah masa eritrosit ( red cell mass ) sehingga tidak dapat
memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan
perifer ( penurunan oksigen corrying capacity ) ( sudoyo ,w .aru , dkk . 2006 :
622 ) .
Anemia
adalah istilah yang mengacu pada suatu kondisi dimana terdapat penurunan
konsentrasi Hb , jumlah SDM , atau volume sel darah tanpa plasma ( hematokrit )
dibandingkan dengan nilai – nilai normal ( Tan bayong jan . 2000 : 77 ) .
Anemia
aplastik adalah tidak berfungsinya sum – sum tulang ( Gayton & Hall . 1997
: 154 ) .
Anemia
megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 , asam
folat yangv memperlihatkan perubahan – perubahan sum – sum tulang dan darah
perifer yang idientik(( Suddarth dan Brunner ) .
Anemia
hemolitik adalah anemia yang disebabkan eritrosit memiliki rentang usia yang
memendek ( Suddarth dan Brunner . 2002 : 943 ).
Anemia
sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang disebabkan oleh defek Hb dan
berkenaan dengan serangan nyeri (Suddarth dan Brunner ).
2. Klasifikasi anemia
a. Anemia karena hilangnya SDM ,
terjadi akibat perdarahan karena berbagai sebab seperti perlukaan , perdarahan
gastrointestinal , perdarahan uterus , perdarahan hidung , perdarahan akibat
operasi.
b. Anemia karena menurunya produksi SDM
, dapat disebabkan karena kekurangan unsur penyusun SDM ( asam folat , vitamin
B12 , zat besi ) , gangguan fungsi sum – sum tulang ( adanya tumor , pengobatan
, toksin ) , tidak adekuatnya stimulasi karena berkurangnya erittropoitein (
pada penyakit ginjal kronik ).
· Anemia defisiensi besi
Anemia
defisiensi besi merupakan gejala kronis dengan keadaan hipokromik ( konsentrasi
Hb kurang ) , mikrositik yang disebabkan oleh suplai besi kurang dalam tubuh .
kurangnya besi berpengaruh dalam pembentukan Hb sehingga konsentrasinya dalam
SDM berkurang , hal ini akan mengakibatkan tidak adekuatnya pengangkutan
oksigen keseluruh jaringan tubuh .pada keadaan normal kebutuhan besi orang
dewasa adalah 2- 4 gm.Pada laki – laki kebutuhan besi adalah 50 mg/ kg BB dan
pada wanita 35 mg /kg BB ( Lawrence M Tierney,2003 ) dan hamper 2/3 terdapat
dalam Hb .absorbsi besi terjadi dilambung , duodenum dan jejunum bagian
atas.adanya erosive esofagitis , gaster , ulser duo denum , kanker dan adenoma
kolon akan mempengaruhi absobsi besi .
· Anemia megaloblastik
Anemia
yang disebabkan karena rusaknya sintesis DNA yang mengakibatkan tidak
sempurnanya SDM . keadaan ini disebabkan karena defisiensi vitamin B12 dan asam
folat.karakteristik SDM ini adalah adanya megaloblas abnormal ,perematur denga
fungsi yang tidak normal dan dihancurkan semasa dalam sum – sum tulang sehingga
terjadinya eritropoeisis dengan masa hidup eritrosit yang lebih pendek.yang
akan mengakibatkan leucopenia, trombositopenia.
· Anemia defisiensi vitamin B12.
Merupakan
gangguan autoimun karena tidak adanya factor intrinsic yang diproduksi di sel
parietal lambung , sehingga terjadi gangguan absobsi vitamin B12.
· Anemia defisiesi asam folat
Kebutuhan
folat sangat kecil biasanya terjadi pada orang yang kurang makan sayuran dan
buah – buahan , gangguan pada pencernaan , alkolik dapat meningkatkan kebutuhan
folat , wanita hamil , masa pertumbuhan . defisiensi asam folat juga dapat mengakibatkan
sindrom malabsobsi.
· Anemia aplastik
Terjadi
akibat ketidak sanggupan sum – sum tulang untuk membentuk sel – sel darah.
Kegagalan tersebut disebabkan oleh kerusakan primer atau zat yang dapat merusak
sum – sum tulang ( Mielotoksin ).
c. Anemia karena
meningkatnya destruksi atau kerusakan SDM , dapat terjadi karena hiperaktifnya
RES.
Meningkatnya destruksi SDM dan tidak adekuatnya produksi
SDM biasanya karena factor – factor :
ü kemampuan
respon sum – sum tulang terhadap penurunan SDM kurang karena meningkatnya
jumlah retikulosit dalam sirkulasi darah
ü meningkatnya
SDM yang masih muda dalam sum – sum tulang dibandingkan yang matur atau matang.
ü ada atau
tidaknya hasil destruksi SDM dalam sirkulasi ( peningkatan kadar bilirubin.
· anemia hemolitik
anemia
hemolitik terjadi akibat peningkatan hemolisis dari eritrosit sehingga usia SDM
lebih pendek yang disebabkan oleh : 5% dari jenis anemia , herediter , Hb
abnormal , membrane eritrosit rusak , thalasemia , anemia sel sabit ,reaksi
autoimun , toksik , kimia , pengobatan , infeksi , kerusakan fisik.
· anemia sel sabit
adalah
anemia hemolitk berat yang ditandai dengan SDM kecil sabit ,dan pembesaran limfa
akibat kerusakan molekul Hb.
3. Etiologi
a. Obat – obatan dan zat kimia
ü agen kemoterapi
ü anticonvulsant
ü antimetabolis
ü kontrasepsi
ü zat kimia toksik
b. Nutrisi
ü defisiensi besi, asam folat
ü defisiensi cobal
ü alkoholis
c. Perdarahan
d. Efek fisik
ü Trauma
ü Luka bakar
e. Penyinaran
f. Infeksi
ü Hepatitis
ü Cytomedalovirus
ü Clostridia
ü Sepsis gram negative
ü Malaria
ü Toksoplasmosis
g. Penyakit kronis dan maligna
ü Penyakit ginjal, hati
ü Infeksi kronis
ü Neoplasma
h. Perdarahan
i. Imunologi
j. Genetic
ü Hemoglobinopati
ü Thalasemia
ü Abnormal enzim glikolitik
ü Fangoni anemia
k. Tromboti trombositopenia purpura dan
sindrom uremik hemolitik
4. Patofisiologi
Bila
defisiensi besi dianggap sebagai penyebab anemia maka,akan terganggu proses
pembentukan Hb.anemia defisiensi besi adalah anemia yang paling banyak
menyerang anak – anak .bayi cukup bulan yang lahir dari ibu yang non anemic dan
bergizi baik , memiliki cukup persedian zat besi sam pai berat badan lahirnya
menjadi 2x lipat , umumnya berusia 4 – 6 bulan , sesudah itu zat besi harus
tersedia dalam makanan untuk memenuhui kebutuhan anak
Jika
asupan zat besi dari makanan tidak cukup maka akan terjadi anemia defisiensi
besi.hal ini paling sering terjadi karena pengenalan makanan padat terlalu dini
( sebelum usia 4 – 6 bulan ) , dihentikannya susus formula bayi yang mengandung
zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun , dan meminum susu sapi yang belebihan
tanpa tambahan makanan padat kaya besi . bayi yang tidak cukup bulan ,bayi
dengan perdarahan prenatal yang berlebihan , atau bayi dari ibu yang kurang
gizi dan zat besi . juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat . bayi
ini beresiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi zat besi sebelum berusia
6 bulan.
Anemia
defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang kronik .
pada bayi hal ini dapat terjadi karena pendarahan usus kronik akibat protein
susus sapi dan tidak tahan panas . pada anak sembarang umur kehilangan darah
sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap hari yang dapat menyebabkan anemia
defisiensi zat besi .pada anak remaja putrid anemia defisiensi besi dapat
terjadi karena menstruasi yang berlebihan.
5. Manifestasi klinis
Area
|
Manifestasi klinis
|
Keadaan umum
|
Pucat , keletihan berat ,kelemahan
,nyeri kepala , demam ,dipsnea , vertigo , sensitive terhadap dingin , BB
turun.
|
Kulit
|
Pugat jaundice ( anemia hemolitik
) , kulit kering , kuku rapuh , klubbing
|
Mata
|
Penglihatan kabur , jaundice sclera dan perdarahan
retina
|
Telinga
|
Vertigo , tinnitus
|
Mulut
|
Mukosa licin dan mengkilat ,
stomatitis
|
Paru – paru
|
Dipsneu dan orthopnea
|
Kardiovaskuler
|
Takikardia , palpitasi ,mur – mur , angina , hipotensi
,kardiomegali , gagal jantung
|
Gastrointestinal
|
Anoreksia dan menoragia,menurunya fertilisasi ,
hematuria ( pada anemia hemolitik )
|
Muskuloskletal
|
Nyeri pinggang , sendi dan tenderness sternal
|
System persyarafan
|
Nyeri kepala , binggung , neurupatu perifer ,
parastesia , mental depresi , cemas , kesulitan koping.
|
6. Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan
laboratorium
· Kadar hemoglobin dan indeks
eritrosit : didapatkan anemia hipokrom mikrositer dengan penurunan kadar
hemoglobin mulai dari ringan sampai berat. MCV, MCHC dan MCH menurun. MCH <
style="">red cell distribution width) meningkat yang menandakan
adanya anisositosis.Indeks eritrosit sudah dapa mengalami perubahan sebelum
kadar hemoglobin menurun. Kadar hemoglobin sering turun sangat rendah, tanpa
menimbulkan gejala anemia yang mencolok karena anemia timbul perlahan-perlahan.
Apusan darah menunjukkan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis,
poikilositosis, anulosit, sel pensil, kadang-kadang sel target. Derajat
hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus dengan derajat anemia, berbeda
dengan thalassemia. Leukosit dan trombosit normal. Retikulosit rendah
dibandingkan derajat anemia. Pada kasus ankilostomiasis sering
dijumpai eosinofilia.
· Apus sumsum
tulang : Hiperplasia eritropoesis, dengan kelompok-kelompok normo-blast
basofil. Bentuk pronormoblast-normoblast kecil-kecil, sideroblast.
· Kadar besi
serum menurun <50>350 mg/dl, dan saturasi transferin.
· Feritin serum.
Sebagian kecil feritin tubuh bersirkulasi dalam serum, konsentrasinya sebanding
dengan cadangan besi jaringan, khususnya retikuloendotel. Pada anemia defisensi
besi, kadar feritin serum sangat rendah, sedangkan feritin serum yang meningkat
menunjukkan adanya kelebihan besi atau pelepasan feritin berlebihan dari
jaringan yang rusak atau suatu respons fase akut, misalnya pada inflamasi.
Kadar feritin serum normal atau meningkat pada anemia penyakit kronik.
· TIBC (Total Iron Banding Capacity)
meningkat.
· Feses : Telur cacing Ankilostoma
duodenale / Necator americanu
7. Penatalaksanaan medic
a. Mengatasi
penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan antelmintik
yang sesuai.
b. Pemberian
preparat Fe :
Pemberian preparat besi
(ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kg BB/hari
dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi ini
diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.
c. Bedah
Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti
perdarahan karena diverticulum Meckel.
d. Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besi
tinggi yang bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam,
kacang-kacangan).
Penatalaksanaan terapi
Setelah
diagnosis ditegakan maka dibuat rencana pemberian terapi,terapi terhadap anemia
difesiensi besi dapat berupa :
a.
Terapi kausal: tergantung
penyebabnya,misalnya : pengobatan cacing tambang, pengobatan hemoroid,
pengubatan menoragia. Terapi kausal harus dilakukan, kalau tidak maka anemia
akan kambuh kembali.
b.
Pemberian preparat besi untuk mengganti
kekurangan besi dalam tubuh :
·
Besi per oral : merupakan obat pilihan
pertama karena efektif, murah, dan aman.preparat yang tersedia, yaitu:
ü
Ferrous
sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murah dan
efektif). Dosis: 3 x 200 mg.
ü
Ferrous
gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succinate,harga
lebih mahal, tetepi efektivitas dan efek samping hampir sama.
·
Besi parenteral
Efek samping lebih berbahaya,serta
harganya lebih mahal. Indikasi, yaitu :
ü
Intoleransi oral berat,
ü
Kepatuhan berobat kurang,
ü
Kolitis ulserativa
8.
Komplikasi
a.
Infeksi
b.
Gagal
pernafasan
c.
Kardiovaskuler
d.
fungsi
ginjal
e.
Gangguan
fungsi hati.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
DIAGNOSA
|
P
E R E N C A N A A N
|
||
T
U J U A N
|
I
N T E R V E N S I
|
R
A S I O N A L
|
|
Intoleren
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan :
§
Sering
pusing
§
Cepat
lelah
§
Mata
berkunang-kunang
§
Gelisah
§
Tidak
bisa beraktivitas
§
Nyeri
dada
DO : klien tampak terlihat :
§
Pucat
§
Gelisah
§
Cemas
§
Nafas
pendek
§
Konjungtiva
anemis
§
Sulit
dalam melakukan aktivitas
TTV
§
TD
: mengalami penurunan (Dws: 120/80 mmHg)
§
N
: lemah (Dws: 60-100x/menit)
§
R
: meningkat (Normal: 12-20x/menit)
§
SB
: meningkat ( Normal : 370C )
Pemeriksaan Lab.
§
Hb
: kurang dari normal ( Nilai normal, L : 13,5-18 gr % P : 12-16 gr % )
§
LED
: meningkat ( Nilai normal, L : 0 – 15 mm/jam P : 0 – 20 mm/jam )
§
CT
(Pembekuan) : memanjang ( Nilai normal, 5 – 11 menit )
§
BT
(Pendarahan) : memanjang ( Nilai normal, 1 – 7 menit )
§
Retikulosit
: kurang dari 1 % ( Nilai normal, Dws : 0,2-2 % Anak : 4-6 % )
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, toleransi klien terhadap
aktivitas meningkat, dengan criteria :
1. klien dapat beraktivitas secara
mandiri
2. observasi TTV dalam batas normal
|
Mandiri
1. Kaji kemampuan pasien untuk
melakukan tugas, catat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan
menyelesaikan tugas
2. kaji kehilangan atau gangguan
keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot
3. monitor TD, nadi, pernapasan,
selama dan sesudah aktivitas. Catat respon terhadap tingkat aktivitas (mis.
Penigkatan denyut jantung/TD, distritmia, dispnea, takipnea, dsb.)
4. berikan lingkungan tenang.
Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Monitor dan batasi pengunjung,
telepon, dan gangguan berulang tindakan yang tidak direncanakan.
5. ubah posisi pasien dengan perlahan
dan pantau terhadap pusing
6. prioritaskan jadwal asuhan
keperawatan untuk meningkatkan istirahat. Pilih periode istirahat dengan
periode aktivitas
7. berikan bantuan dalam
aktivitas/ambulansi bila perlu, memungkinkan pasien untuk melakukannya
sebanayk mungkin
8. rencanakan kemajuan aktivitas dengan
pasien, termasuk aktivitas yang pasien pandang perlu. Tingkatkan tingkat
aktivitas sesuai toleransi
9. gunakan tekhnik penghematan energi,
mis. Mandi dengan duduk, duduk untuk melakukan tugas-tugas
10. anjurkan pasien untuk menghentikan
aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas pendek, kelemahan, atau pusing
terjadi
|
1. mempengaruhi pilihan intervensi atau
bantuan
2. menunjukkan perubahan neurology
karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien atau
resiko cedera
3. manifestasi kardiopulmonal dari
upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
4. meningkatkan istirahat untuk
menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru
5. hipotensi postural atau hipoksia
serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut, dan peningkatan resiko cedera
6. mempertahankan tingkat energi dan
meningkatkan regang pada sistem jantung dan pernapasan
7. membantu bila perlu, harga diri
ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri.
8. meningkatkan secara bertahap tingkat
aktivitas sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan.
Meningkatkan harga diri dan rasa terkontrol
9. mendorong pasien melakukan banyak
dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelemahan
10. regangan/stress kardiopulmonal
berlebihan atau stress dapat menimbulkan dekompensasi atau kegagalan
|
Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah
ditandai dengan :
DS : klien mengatakan :
§
Sering
pusing
§
Cepat
lelah
§
Mata
berkunang-kunang
§
Gelisa
§
Sesak
nafas
§
Nyeri
dada
DO : klien tampak terlihat :
§
Pucat
§
Gelisah
§
Bunyi
nafas tidak teratur
§
Cemas
§
Lemah
§
Nafas
pendek
§
Bernafas
menggunakan cuping hidung
§
Mukosa
bibir sianosis
§
Konjungtiva
anemis
TTV
§
TD
: mengalami penurunan (Dws: 120/80 mmHg)
§
N
: lemah (Dws: 60-100x/menit)
§
R
: meningkat (Normal: 12-20x/menit)
§
SB
: meningkat ( Normal : 370C )
Pemeriksaan Lab.
§
Hb
: kurang dari normal ( Nilai normal, L : 13,5-18 gr % P : 12-16 gr % )
§
LED
: meningkat ( Nilai normal, L : 0 – 15 mm/jam P : 0 – 20 mm/jam )
§
CT
(Pembekuan) : memanjang ( Nilai normal, 5 – 11 menit )
§
BT
(Pendarahan) : memanjang ( Nilai normal, 1 – 7 menit )
§
Retikulosit
: kurang dari 1 % ( Nilai normal, Dws : 0,2-2 % Anak : 4-6 % )
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, proses pertukaran gas pada
klien kembali normal, dengan criteria :
1. klien menunjukkan perbaikan
ventilasi
2. frekwensi dan pola nafas normal
3. klien tidak menunjukkan adanya sianosis
4. klien berpatisispasi dalam aktivitas
sehari-hari tanpa kelemahan dan kelelahan
|
Mandiri
1. kaji tingkat kesadaran atau fungsi
mental secara teratur
2. kaji toleransi aktivitas: batasi
aktivitas dalam tolerasnsi pasien atau tempatkan pasien pada tirah baring.
Bantu dalam mobilitas sesuai kebutuhan.
3. dorong pasien untuk memilih periode
istirahat dan aktivitas. Jadwalkan periode istirahat sesuai indikasi.
4. peragakan dan dorong penggunaan
tekhnik relaksasi, mis., bimbingan imajinasi dan visualisasi.
5. tingkatkan masukan cairan yang
adekuat mis., 2-3 L/hari dalam toleransi jantung.
6. batasi pengunjung atau staf.
Kolaborasi
7. berikan suplemen oksigen lembab
sesuai indikasi
8. lakukan atau bantu fisioterapi dada,
IPPB, dan spirometri intensif.
9. berikan pak SDM atau transfuse
tukar sesuai indikasi.
10. berikan obat sesuai indikasi :
Antiperetik,
contoh asetaminofen (Tylenol)
Antibiotik
|
1. jaringan otak sangat sensitive pada
penurunan oksigen dan dapat merupakan indicator dini terjadinya hipoksia
2. penurunan kebutuhan metabolic tubuh
menurunkan kebutuhan oksigen/derajat hipoksia
3. melindungi dari kelelahan
berlebihan. Menurunkan kebutuhan oksigen/derajat hipoksia
4. relaksasi menurunkan tegangan otot
dan ansietas dan kebutuhan metabolic untuk oksigen
5. masukkan yang mencukupi perlu untuk
mobilisasi sekret dan mencegah hiperviskositas darah/sumbatan kapiler
6. melindungi dari potensial sumber
infeksi pernapasan
7. memaksimalkan transport oksigen ke
jaringan, khususnya pada adanya gangguan paru/pneumonia
8. dilakukan untuk mobilisasi sekret
dan meningkatan pengisian udara area paru
9. meningkatkan jumlah sel pembawa
oksigen, melarutkan persentase hemoglobin S (untuk mencegah sabit),
memperbaiki sirkulasi, dan merusak sel sabit. SDM kemasan biasanya digunakan
karena kurang dapat membuat kerja berlebihan dari sirkulasi. Catatan:
transfuse sebagian pada individu resiko tinggi, mis., luka kaki berat,
kronis, persiapan untuk anastesi umum, kehamilan trimester III
10.mempertahanankan normotermi untuk
menurunkan kebutuhan oksigen metabolic tanpa mempengaruhi pH serum, yang
dapat terjadi karena aspirin
Antibiotic
spectrum luas dimulai dengan segera sambil menanti hasil kultur infeksi yang
dicurigai, kemudian mungkin diubah bila patogen khusus teridentifikasi.
|
Daftar
Pustaka
Doenges, M.E. 1999. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif.2008.Asuhan Keperawatan
pada klien dangan gangguan system kardiovaskuler dan hematologi. Jakarta:Salemba Medika
Wiwik. H., & Haribowo, A. S.2008.Buku ajar
asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sitem hematologi.
Jakarta : Salemba Medika.
Harrison.1999.Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor
edisi bahasa Indonesia : Asdie, A. H. Jakarta : EGC.
Tugas
Kelompok
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ANEMIA
Oleh
Kelompok III
Zulfikar Lanjari
Abdulmajid A Rajab
Desma Mahmud
Wiwin L. Qanada
Siti Munaja R. Mangoda
Sakila A. Hi. Saleh
Gamar Haruna
Herlina Rua
Janeanti Afi Kayely
Nurfadila Hi. Rauf
Marni J. Ilyas
Rion Tendra
Putri Desi Handayani
Safar Jumati
Fajria Rajab
La Ode Nurjaman
|